Pedoman Arisan RT 011/06

Perkembangan masyarakat yang cenderung individualis mengakibatkan kedekatan hubungan antar warga di sebuah wilayah menjadi longgar. Masing-masing individu mulai bisa mencukupi kebutuhan pribadinya dengan sendiri dengan adanya fasilitas-fasilitas berbayar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan perbaikan rumah sekarang cukup membayar tukang untuk memperbaikinya. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga juga bisa terpenuhi dengan berbelanja di supermarket yang menyediakan semua kebutuhan secara lengkap. Termasuk dalam hal hajatan, tuan rumah cukup menyewa jasa catering untuk menyediakan hidangan tamu undangan.
Fenomena ini memang benar terjadi di lingkungan perkotaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka hidup bertetangga dengan masyarakat disekelilingnya. Meskipun kebutuhan hidupnya dapat dicukupi dengan adanya fasilitas-fasilitas yang berbayar, kebutuhan untuk bersosialisasi tidak dapat terpenuhi melainkan berinteraksi langsung dengan tetangga. Interaksi ini dapat bersifat formal maupun informal.
Interakti formal dapat terjalin dalam kegiatan-kegiatan formal seperti rapat dan sejenisnya sedangkan interaksi informal dapat dilaksanakan dalam bentuk pertemuan langsung antar warga, bercakap-cakap di warung, poskamling atau di tempat-tempat informal. Interaksi ini mau tidak mau harus tetap terpenuhi karena satu dengan yang lainnya saling membutuhkan sebagai masyarakat bertetangga.
Begitu juga dengan fenomena yang terjadi di RT. 03 Dk. Ngeseng Kelurahan Gemolong. Mayoritas warganya bekerja di perkantoran dimana berangkat pagi pulang sore sehingga interaksi sosial antar warga terjadi setelah jam-jam kantor. Untuk mengatasi keterbatasan dalam berinteraksi sosial warga setempat maka diadakan arisan warga yang rutin sebulan sekali. Arisan ini menggunakan tempat di rumah warga secara bergiliran dengan harapan bahwa dapat saling bersilaturahim ke rumah warga. Walaupun interaksi yang terbentuk lebih bersifat formal namun dari arisan ini akan dapat menggerakkan warga dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Dalam arisan warga tersebut dibicarakan gerakan kegotongroyongan di bidang hajatan, kematian, pengajian sampai pelaksanaan penyembelihan hewan qurban. Dari arisan inilah muncul keterikatan warga dengan komunitas warga sehingga warga tergerak ikut berpartisipasi ketika komunitas warga membutuhkan tenaga seluruh warga masyarakat. Dari arisan ini kemudian interaksi formal tersebut terbawa kedalam bentuk interaksi informal yang lebih akrab.

I. PEMBAHASAN

Dari arisan hingga gerakan warga. Dimulai dari kegiatan arisan yang dilaksanakan pada saat pertemuan rutin warga RT dapat menggerakkan warga untuk berpartisipasi di setiap gerakan kegotongroyongan yang melibatkan seluruh warga.
Dari arisan hingga gerakan warga. Media pertemuan rutin yang dilaksanakan merupakan upaya untuk mengikatkan warga dalam komunitas warga sehingga muncul perasaan sebagai bagian dari keluarga besar komunitas warga. Dengan demikian interaksi sosial warga tetap terjalin meskipun ancaram individualisme tetap mengancam masyarakat modern.
Dari arisan hingga gerakan warga. Minimal warga mempunyai media sosialisasi dan silaturahim sesame warga meskipun bersifat interaksi formal. Namun dari pertemuan inilah kemudian interaksi formal tersebut mencai menjadi interaksi informal ketika warga menjalani kehidupan sehari-hari bersama tetangga baik melalui obrolan di warung, poskamling dan tempat-tempat informal lainnya.

a) Pelaksanaan Arisan

Pertemuan RT secara rutin dilaksanakan setiap bulan pada malam minggu pecan kedua bertempat di rumah warga secara bergiliran. Sebagai acara seremonial acara pertemuan rutin RT dibuka oleh sekretaris RT selaku MC. Diawali dengan sambutan ketua RT yang memberikan informasi kepada warga berkaitan dengan urusan pemerintahan dan informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan kepentingan warga.
Setelah sambutan ketua RT selesai kemudian dilanjutkan dengan laporan dari masing-masing seksi yang melaporkan kegiatan yang telah dilakukan sebulan yang telah lalu dan yang akan datang.
Dalam pertemuan inilah diadakan arisan warga. Arisan ini hanya digunakan untuk pengikat warga RT dalam pertemuan rutin tersebut dan lebih mirip dengan iuran. Iuran sebesar Rp. 10.000,- per warga mendapatkan arisan sebesar Rp. 10.000,- saja.
Dari iuran yang terkumpul tersebut dipergunakan untuk membantu tuan rumah yang ketempatan arisan, dipinjamkan kepada keluarga yang tidak mampu sebagai pinjaman lunak serta digunakan untuk kebutuhan masing-masing seksi dalam mendukung kegiatannya. Sebagai contoh, seksi sosial sering menggunakan dana iuran tersebut untuk memberikan santunan kepada warga yang sakit. Seksi pembangunan mempunyai program pembangunan di lingkungan sekitar dengan menggunakan iuran warga tersebut. Begitu juga dengan kegiatan pemuda yang dikoordinasikan oleh seksi pemuda.
Dari arisan ini muncul perasaan satu keluarga besar yang saling bantu membantu. Antar warga mempunyai kewajiban untuk membantu kerepotan tetangganya dan sebaliknya. Dengan adanya perasaan ini maka warga masyarakat mudah untuk digerakkan dalam kegiatan kemasyarakatan. Untuk itu ada sanksi sosial bagi warga masyarakat yang jarang menghadiri pertemuan tersebut tanpa alasan yang jelas. Sanksi sosial berupa teguran dari Ketua RT langsung hingga tidak diikutkan dalam kegiatan kemasyarakatan sehingga akan merasa terkucilkan dari komunitas warga. Ini sering dialami oleh penduduk pendatang baru yang enggan melaporkan ke pengurus RT berkaitan dengan domisilinya di tempat tersebut sehingga oleh pengurus RT dianggap bukan warga setempat.

b) Bentuk Gerakan Warga

Dari pertemuan arisan ini dapat digunakan untuk bersilaturahim seluruh warga secara rutin. Pertemuan ini menjadi sarana sosialisasi yang efektif yang dapat melibatkan seluruh warga RT serta dapat beranjangsana ke rumah warga karena pertemuan ini diadakan secara berpindah-pindah dari rumah warga ke rumah warga lainnya.
Dari pertemuan ini kemudian dapat menghimpun warga dalam kegiatan kegotongroyongan yang lainnya yang melibatkan warga RT. Kegiatan gerakan warga tersebut antara lain:

c) Hajatan

Apabila ada warga yang akan mengadakan hajatan maka pihak keluarga meminta bantuan  warga lain melalui Ketua RT. Untuk persiapan awal,  tuan rumah mengundang Ketua RT dan sesepuh RT untuk membicarakan perihal hajatan yang akan digelar. Pembicaraan ini berisikan tentang persiapan hajatan terutama menyusunan “reng-rengan” panitia hajatan yang melibatkan anggota warga RT. Selain itu juga dibicarakan kapan akan dilaksanakan “Kumbokarnan”. “Kumbokarnan” ini adalah acara yang dilakukan oleh tuan rumah dengan menggundang seluruh warga untuk mengumumkan susunan panitia hajatan yang akan digelar. Bisaanya “kumbokarnan” digelar satu bulan sebelum hari pelaksanaan hajatan.
Pada acara ini tuan rumah menyediakan jamuan-jamuan snack, makan, minum serta rokok yang disajikan kepada warga RT. Acara dipimpin oleh sesepuh RT sebagai wakil tuan rumah yang mengumumkan rencana acara hajatan termasuk didalamnya mengumumkan panitia hajatan yang melibatkan seluruh warga RT. Warga yang mendapat tugas membantu tuan rumah tidak diberikan imbalan melainkan sebagai bentuk saling menolong antar warga.
Tugas-tugas yang didistribusikan kepada warga masyarakat yang lain merupakan tugas-tugas yang tidak dapat dipenuhi oleh tuan rumah. Sesepuh RT dengan ibu bisaanya diminta menjadi “among tamu” atau penyambut tamu. Pemuda RT bisaanya diminta untuk membantu memasang tenda, menata meja kursi, mengatur parker kendaraan tamu hingga diminta untuk “sinoman”. “Sinoman” atau menyajikan hidangan kepada tamu dilakukan oleh pemuda RT sejak acara “kumbokarnan” hingga pembubaran panitia.
Rangkaian acara hajatan setelah “kumbokarnan” yang bisa disebut sebagai acara pembentukan panitia hajatan dilanjutkan dengan malam “midodareni”. Malam “midodareni” dilaksanakan pada malam sebelum hari digelarnya hajatan. Malam “midodareni” bisaanya diisi dengan acara ijab qabul mempelai dengan menghadirkan warga sekitar dan kelurga mempelai berdua. Namun apabila tidak diadakan acara ijab qabul maka malam “midodareni” hanya diisi dengan jamuan tuan rumah kepada warga sekitar dan keluarga mempelai. Setelah acara selesai kemudian dilanjutkan dengan menata meja kursi tamu yang akan digunakan pada esok harinya oleh pemuda RT yang dalam acara ini juga ikut “sinoman”.
Pada hari pelaksanaan hajatan, keluarga dibantu dengan warga sekitar mempersiapkan diri sesuai dengan tugas yang sudah disampaikan dalam acara “kumbokarnan” terdahulu. Apabila tuan rumah menyewa jasa catering untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tamu dimana tenaga penyajinya sudah termasuk didalamnya maka pemuda RT tidak lagi “sinoman” namun membantu menata parker kendaraan tamu.
Setelah acara hajatan selesai, bisaanya hanya dari pagi hingga siang, kemudian pemuda RT ikut membereskan meja kursi dan kebersihan tempat hajatan dibantu dengan warga lainnya.
Rangkaian acara hajatan ditutup dengan acara pembubaran panitia. Bisaanya diadakan sehari atau malam setelah hajatan dengan mengungang seluruh warga yang terlibat dalam hajatan. Tuan rumah menyediakan hidangan yang masih tersisa ditambah masakan-masakan lainnya untuk warga. Hidangan yang selalu ada dalam acara pembubaran panitia adalah bubur sumsum yang menyimbolkan leburnya kelelahan setelah bekerja. Dalam acara ini tuan rumah yang diwakili sesepuh RT menyampaikan banyak terima kasih kepada warga yang telah membantu dalam pelaksanaan hajatan. Tanpa bantuan warga maka acara hajatan tidak dapat berjalan dengan lancer

d) Kematian

Dalam hal kematian, pengurus RT seksi sosial akan mengkoordinasikan persiapan mulai dari perawatan jenazah sampai penguburan. Seksi sosial dibantu dengan pemuda RT mempersiapkan tenda dan kursi untuk penta’ziah sedangkan sesepuh RT mulai merawat jenazah. Selain itu juga dipersiapkan peralatan untuk memandikan jenazah. Setelah perawatan jenazah selesai dilaksanakan, sesepuh RT berembug dengan keluarga berkaitan dengan tempat dan waktu pemakaman supaya dapat disiapkan tempatnya oleh warga yang bisaanya bertugas menggali kubur.
Prosesi pemberangkatan jenazah dimulai dengan acara pemberangkatan yang dipimpin oleh sekretaris RT dimana akan disampaikan bela sungkawa dari warga, diri pribadi dan keluarga jenazah serta ucapan belasungkawa dari relasi dari jenazah. Setelah prosesi pemberangkatan selesai dilaksanakan maka pemuda RT dibantu warga sekitar dan keluarga mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman.
Untuk kelengkapan perawatan jenazah, pengurus RT sudah mempunyai inventaris yang disimpan oleh seksi sosial untuk mengantisipasi kematian yang tidak dapat diprediksi. Inventaris tersebut antara lain tenda, kursi, lampu, genset, dan lain-lain.

e) Pengajian

Di lingkungan RT terdapat Masjid yang menjadi pusat kegiatan keislaman warga RT. Secara rutin di Masjid tersebut diadakan pengajian yang dihadiri oleh banyak jamaah sehingga perlu persiapan yang membutuhkan tenaga yang banyak, terutama untuk mempersiapkan snack. Untuk itu ibu-ibu warga RT bisaanya menyiapkan makanan ringan di salah satu rumah warga yang nantinya diambil oleh remaja untuk dibagikan kepada jamaah pada saat pengajian.
Penyembelihan Hewan Qurban
Yang menarik dari gerakan warga dalam pelaksanaan penyembelihan hewan qurban ini adalah melibatkan seluruh warga tanpa kecuali mulai dari bapak, ibu hingga anaknya baik yang muslim maupun bukan. Pelaksanaan penyembelihan dilakukan di salah satu rumah warga yang sudah disetting untuk penyembelihan hewan qurban.
Pembagian tugas masing-masing warga adalah penjagal yang memang dibayar untuk menjagal hewan bertugas sesuai dengan keahliannya. Bapak-bapak bertugas menguliti, memotongi tulang, dan membersihkan sisa-sisa kotoran sedangkan ibu-ibu bertugas memotongi daging, menimbang dan memasukkan ke dalam plastic untuk didistribusikan. Pemuda mengambil peran untuk mendistribusikan daging yang sudah dikemas dalam plastic kepada warga yang berhak sesuai dengan daftar yang diberikan oleh panitia.
Ada pula yang bertugas sebagai keamanan yang membantu menjaga ketertiban ketika ada tukang becak atau orang dari luar yang ingin mendapatkan daging. Keamanan bisaanya dari warga yang berprofesi sebagai TNI atau POLRI yang ikut mendistribusikan supaya tertib.
Pembangunan Fasilitas Umum
Dalam hal pembangunan fasilitas umum bisaanya warga lebih menggunakan tenaga tukang untuk mengerjakannya. Hal ini tidak luput dari kesibukan warga yang harus bekerja kantoran sehingga warga hanya membantu pada saat libur atau setelah pulang kerja.

PENUTUP

Ada kecenderungan dari masyarakat untuk hidup secara individual yang disebabkan karena kehidupan yang modern dimana pemenuhan kebutuhan dapat terpenuhi dengan fasilitas-fasilitas berbayar. Namun demikian interaksi sosial selaku bagian dari komunitas warga mutlak tetap dilakukan baik secara formal maupun informal.
Untuk mengatasi fenomena tersebut, warga RT. 03 Dk. Ngeseng, Kelurahan Gemolong mengadakan pertemuan warga secara rutin dalam bentuk arisan. Arisan ini digunakan sebagai media sosialisasi seluruh warga dimana seluruh warga menghadiri pertemuan tersebut dan mengambil tempat di rumah warga secara bergiliran.
Dari pertemuan rutin ini muncul perasaan sebagai anggota keluarga besar yang saling membantu dan tolong menolong. Wujud kegotongroyongan warga tersebut terlihat pada kegiatan hajatan, kematian, pengajian hingga kegiatan penyembelihan hewan qurban.

Hormat Kami,
Pengurus RT 011/06


Endahayu
Ketua PKK RT 011/06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar