Menelusuri Jejak jalan Margonda Depok


Matahari sudah berada di ufuk barat, namun hangat sinarnya masih terasa di kulit. Sore itu Jalan Margonda Raya, dipadati oleh lalu lalang kendaraan.


Jalan utama yang menghubungkan Kota Depok dengan daerah Jakarta Selatan itu selalu ramai. Di kanan kiri jalan terdapat restoran, sekolah, apartemen, mal, rumah sakit, kampus, kantor polisi hingga kantor Wali Kota Depok.



Hampir semua warga Depok pasti pernah melewati jalan tersebut, dan ternyata ada cerita menarik di balik nama Jalan Margonda Raya itu. Nama itu diambil dari nama seorang pejuang asal Bogor, Margonda.



Margonda lahir tahun 1918 di Baros, Cimahi, Bandung. Dia dan keluarganya tinggal di Jalan Ardio, Bogor. Margonda muda dengan jiwa yang menggelora begitu bersemangat mengusir para penjajah. Dia mengorganisir para pemuda lokal Bogor dan Depok untuk mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) yang merupakan cikal bakal TNI.


"Margonda ikut terjun melawan penjajah karena rasa kebencian yang luar biasa dengan kolonialisme juga termasuk NICA (Netherlands-Indies Civil Administration). Semangat ingin merdeka seutuhnya, juga kedekatannya dengan masyarakat membuat ia bergabung dengan laskar rakyat," ucap Mahrup, sejarawan sekaligus pengurus Museum Perjoangan Bogor kepada detikcom, Jumat (6/11/2015).


Perjuangan Margonda harus berakhir saat peluru musuh menembus dadanya dalam perang yang berlangsung di Depok pada 16 November 1945. Margonda yang kala itu akan melemparkan granat ke musuh seketika tumbang dan mengembuskan napas terakhirnya.


Margonda tertembak timah panas penjajah di pinggir Kalibata, Pancoran Mas. Dia gugur di medan pertempuran di usia yang masih muda yakni 27 tahun. 



Jasa Margonda terus dikenang dan namanya diabadikan menjadi nama jalan di Depok, yakni Jalan Raya Margonda. Penamaan jalan itu dilakukan pada tahun 1970-an.


"Margonda menjadi besar karena salah satunya ia gugur di Kalibata, Depok, Pancoran Mas. Namanya pun diabadikan menjadi nama jalan besar di Depok. Selain itu kedekatannya dengan masyarakat sekitar pada saat itu, membuat namanya semakin harum," ucap Mahrup.



Sebelum besar dan lebar seperti sekarang, Jalan Margonda adalah jalan buntu. Sisi kiri dan kanan jalan terdapat pohon asem, bambu dan perkebunan karet. Untuk mencapai Margonda, dulu harus melalui Jalan Raya Bogor, lalu lewat Jembatan Panus dan Jalan Siliwangi yang berakhir di ujung jalan Margonda Pondok Cina. 



Dari situs Bappeda Depok, panjang Jalan Margonda Raya diketahui 6,5 Km. Jalan itu masuk ke dalam kategori jalan arteri primer dan pengelolaannya ada di level Provinsi. 


Jalan Margonda Raya, menjadi sebuah 'monumen' khusus untuk mengenang jasa Margonda. Perjuangannya melawan penjajah bersama rakyat, meski bukan berlatar militer, patut menjadi inspirasi bagi anak muda masa kini. Siapa sangka, dari nama sebuah jalan, banyak hikmah soal kehidupan yang bisa dipelajari di dalamnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar